Resme Kajian Riyadhush Shalihin
[RUTIN]
Ahad, 17 Sya'ban 1438 H (14 Mei 2017)
Materi : Kajian Kitab Riyadhush Shalihin Episode 20
Pemateri : Abu Takeru
Tempat : Masjid Al-Furqon UPI Lantai 4
Waktu : 16.30 - 17.30 WIB
BAB 3: SABAR (Pertemuan ke-7)
Allaah berfirman,
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (QS. Ali 'Imran [3]: 102)
Oleh karena itu, perlu untuk menjaga keimanan dan keislaman dengan mengikuti kajian Islam. Karena kalo tidak, maka akan semakin luntur.
Ada kajian aqidah yang harus kuat dulu, lalu kajian fiqih, juga yang terpenting setelahnya adalah kajian akhlak.
-Kenapa harus kajian akhlak?
Karena akhlak banyak membuat manusia terjerumus ke dalam Neraka. Akhlak yang buruk adalah hal yang paling banyak menjerumuskan ke dalam Neraka setelah aqidah yang buruk.
Akhlak yang menyebabkan banyak membuat manusia ke Neraka adalah LISAN.
"...Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.” (HR. At-Tirmidzi)
Karena akhlak banyak membuat manusia terjerumus ke dalam Neraka. Akhlak yang buruk adalah hal yang paling banyak menjerumuskan ke dalam Neraka setelah aqidah yang buruk.
Akhlak yang menyebabkan banyak membuat manusia ke Neraka adalah LISAN.
"...Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.” (HR. At-Tirmidzi)
- Hadits ke-38
Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiyallaahu'anhumaa meriwayatkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,"Tidak ada satu pun yang menimpa seorang muslim, baik berupa cobaan, sakit, kesedihan, kesusahan, gangguan, ataupun duka cita, bahkan sampai sebuah duri yang menusuk anggota tubuhnya, melainkan Allah melebur kesalahan-kesalahannya lantaran hal-hal yang menimpanya tersebut."
(Muttafaq 'alaih).
[Shahih: Al-Bukhari (5642); Muslim (2573)].
Banyak dari manusia yang lupa berharap pahala di kala kena musibah.
💡 Hadits ke-39
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu berkata, "Saya pernah mengunjungi Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam dan beliau sedang terkena penyakit panas. Kemudian saya berkata, 'Ya Rasūlullāh, sungguh, engkau terkena penyakit panas yang sangat berat.' Beliau kemudian bersabda, 'Benar, sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari kalian (yang disatukan).' Saya berkata lagi, 'Kalau demikian, engkau mendapatkan dua kali pahala.' Beliau bersabda, 'Benar, memang demikian kenyataannya. Tiada seorang Muslim pun yang terkena suatu penyakit, baik itu berupa duri atau pun sesuatu yang lebih dari itu, melainkan Allaah pasti melebur kesalahan-kesalahannya lantaran musibah yang menimpanya tersebut dan dosa-dosanya pun dirontokkan sebagaimana sebuah pohon merontokkan dedaunannya."
(Muttafaq 'alaih).
[Shahih: Al-Bukhari (5648); Muslim (2571)].
Pada dasarnya, orang beriman yang baik, selain sabar maka akan dapat pahala dari Allaah.
Tipe orang yang menghadapi musibah:
1. Bersabar + berharap pahala
--- Maka dapat pahala dan pengugur dosa.
2. Gelisah
--- Maka ga dapat pahala, tapi dapat penggugur dosa.
Mengapa? Karena ketika diberikan musibah, tidak semua orang langsung tenang. Jadi, yang terbaik adalah bersabar dan berharap pahala.
Itu berlaku untuk musibah duniawi, adapun musibah akhirat maka HARUS MENYESAL.
Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiyallaahu'anhumaa meriwayatkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda,"Tidak ada satu pun yang menimpa seorang muslim, baik berupa cobaan, sakit, kesedihan, kesusahan, gangguan, ataupun duka cita, bahkan sampai sebuah duri yang menusuk anggota tubuhnya, melainkan Allah melebur kesalahan-kesalahannya lantaran hal-hal yang menimpanya tersebut."
(Muttafaq 'alaih).
[Shahih: Al-Bukhari (5642); Muslim (2573)].
Banyak dari manusia yang lupa berharap pahala di kala kena musibah.
💡 Hadits ke-39
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu'anhu berkata, "Saya pernah mengunjungi Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam dan beliau sedang terkena penyakit panas. Kemudian saya berkata, 'Ya Rasūlullāh, sungguh, engkau terkena penyakit panas yang sangat berat.' Beliau kemudian bersabda, 'Benar, sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari kalian (yang disatukan).' Saya berkata lagi, 'Kalau demikian, engkau mendapatkan dua kali pahala.' Beliau bersabda, 'Benar, memang demikian kenyataannya. Tiada seorang Muslim pun yang terkena suatu penyakit, baik itu berupa duri atau pun sesuatu yang lebih dari itu, melainkan Allaah pasti melebur kesalahan-kesalahannya lantaran musibah yang menimpanya tersebut dan dosa-dosanya pun dirontokkan sebagaimana sebuah pohon merontokkan dedaunannya."
(Muttafaq 'alaih).
[Shahih: Al-Bukhari (5648); Muslim (2571)].
Pada dasarnya, orang beriman yang baik, selain sabar maka akan dapat pahala dari Allaah.
Tipe orang yang menghadapi musibah:
1. Bersabar + berharap pahala
--- Maka dapat pahala dan pengugur dosa.
2. Gelisah
--- Maka ga dapat pahala, tapi dapat penggugur dosa.
Mengapa? Karena ketika diberikan musibah, tidak semua orang langsung tenang. Jadi, yang terbaik adalah bersabar dan berharap pahala.
Itu berlaku untuk musibah duniawi, adapun musibah akhirat maka HARUS MENYESAL.
- Hadits ke-40
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, "Rasūlullāh Shallallaahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, ‘barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberikan musibah padanya’."
(HR. Al-Bukhari 5645).
Bisa jadi musibah-musibah yang dihadapi menjadi pengangkat derajat. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu." (HR. Ath-Thabrani).
Jika seseorang sudah ditakdirkan di Surga, namun ketika hidup awalnya semangat melalukan yang wajib dan sunnah. Hingga hati gersang, hanya mengerjakan yang wajib saja maka untuk meninggikan derajat hingga ke Surga, Allaah memberikan musibah untuknya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, "Rasūlullāh Shallallaahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, ‘barang siapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memberikan musibah padanya’."
(HR. Al-Bukhari 5645).
Bisa jadi musibah-musibah yang dihadapi menjadi pengangkat derajat. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu." (HR. Ath-Thabrani).
Jika seseorang sudah ditakdirkan di Surga, namun ketika hidup awalnya semangat melalukan yang wajib dan sunnah. Hingga hati gersang, hanya mengerjakan yang wajib saja maka untuk meninggikan derajat hingga ke Surga, Allaah memberikan musibah untuknya.
- Hadits ke-41
Dari Anas radhiyallahu'anhu berkata, "Rasūlullāh Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Janganlah seseorang diantara kalian mengharapkan datangnya kematian lantaran suatu bahaya yang menimpanya. Jika memang ia terpaksa harus berbuat demikian, maka hendaklah ia mengatakan, 'Ya Allah, tetapkanlah aku hidup selama kehidupan itu masih baik untukku, dan matikanlah aku apabila kematian itu yang memang baik untukku’."
(Muttafaq 'alaih).
[Shahih: Al-Bukhari (5671, 6351, 7233); Muslim (2680)].
Hal ini bukan untuk musibah duniawi, tapi untuk perkara akhirat. Tapi perhatikan hadits berikut. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
“Tidaklah seseorang wafat kecuali dia menyesal, apabila dia orang yang baik dia menyesal kenapa tidak lebih baik dan apabila dia orang jahat dia menyesal kenapa dia tidak bertaubat.” (HR. Tirmidzi)
- Hadits ke-42
Dari Abu Abdullah, Khabbab bin Al-Aratt radhiyallahu'anhu berkata, "Kami mengadu kepada Rasūlullāh Shallallaahu 'alaihi wasallam, ketika itu beliau sedang berbantal kain selimut di naungan Ka'bah. Selanjutnya kami berkata, 'Mengapa engkau tidak memohonkan pertolongan untuk kita, sehingga kita bisa menang? Mengapa engkau tidak berdo'a untuk kita? Lalu beliau bersabda, 'Pernah terjadi pada orang-orang sebelum kamu seseorang yang ditangkap kemudian digalikan tanah untuknya dan ia diletakkan di dalam kubangan tersebut, kemudian diambilkan sebuah gergaji dan diletakkan diatas kepalanya, kemudian kepalanya dibelah menjadi dua. Selain itu, ia pun disisir dengan sisir yang terbuat dari besi yang dikenakan dibawah daging dan tulangnya. Semua siksaan ini tidak memalingkannya dari agamanya. Demi Allaah, pastilah Allaah akan menyempurnakan hal ini, sehingga seseorang yang berkendara berjalan dari Shan'a ke Hadhramaut tidak ada yang ditakuti melainkan Allaah atau karena takut pada serigala atas kambingnya. Akan tetapi, kalian semua tergesa-gesa."
(HR. Bukhari 3612).
Dari Anas radhiyallahu'anhu berkata, "Rasūlullāh Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Janganlah seseorang diantara kalian mengharapkan datangnya kematian lantaran suatu bahaya yang menimpanya. Jika memang ia terpaksa harus berbuat demikian, maka hendaklah ia mengatakan, 'Ya Allah, tetapkanlah aku hidup selama kehidupan itu masih baik untukku, dan matikanlah aku apabila kematian itu yang memang baik untukku’."
(Muttafaq 'alaih).
[Shahih: Al-Bukhari (5671, 6351, 7233); Muslim (2680)].
Hal ini bukan untuk musibah duniawi, tapi untuk perkara akhirat. Tapi perhatikan hadits berikut. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
“Tidaklah seseorang wafat kecuali dia menyesal, apabila dia orang yang baik dia menyesal kenapa tidak lebih baik dan apabila dia orang jahat dia menyesal kenapa dia tidak bertaubat.” (HR. Tirmidzi)
- Hadits ke-42
Dari Abu Abdullah, Khabbab bin Al-Aratt radhiyallahu'anhu berkata, "Kami mengadu kepada Rasūlullāh Shallallaahu 'alaihi wasallam, ketika itu beliau sedang berbantal kain selimut di naungan Ka'bah. Selanjutnya kami berkata, 'Mengapa engkau tidak memohonkan pertolongan untuk kita, sehingga kita bisa menang? Mengapa engkau tidak berdo'a untuk kita? Lalu beliau bersabda, 'Pernah terjadi pada orang-orang sebelum kamu seseorang yang ditangkap kemudian digalikan tanah untuknya dan ia diletakkan di dalam kubangan tersebut, kemudian diambilkan sebuah gergaji dan diletakkan diatas kepalanya, kemudian kepalanya dibelah menjadi dua. Selain itu, ia pun disisir dengan sisir yang terbuat dari besi yang dikenakan dibawah daging dan tulangnya. Semua siksaan ini tidak memalingkannya dari agamanya. Demi Allaah, pastilah Allaah akan menyempurnakan hal ini, sehingga seseorang yang berkendara berjalan dari Shan'a ke Hadhramaut tidak ada yang ditakuti melainkan Allaah atau karena takut pada serigala atas kambingnya. Akan tetapi, kalian semua tergesa-gesa."
(HR. Bukhari 3612).
- Hadits ke-43
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallaahu'anhu berkata, "Pada saat perang Hunain, Rasūlullāh Shallallahu 'alaihi wasallam lebih mengutamakan beberapa orang dalam pembagian harta rampasan. Beliau memberikan kepada Al-Aqra bin Habis seratus ekor unta dan memberikan kepada 'Uyainah bin Hisn sejumlah yang sama. Beliau memberikan kepada orang-orang dari kalangan bangsawan Arab dan mengutamakan mereka dalam pembagian. Kemudian ada seorang lelaki berkata, 'Demi Allaah, ini pembagian yang tidak ada keadilannya sama sekali dan tidak dikehendaki untuk mencari keridhaan Allaah.' Lalu saya berkata, 'Demi Allah, saya akan beritahukan hal ini kepada Rasūlullāh Shallallaahu 'alaihi wasallam.' Saya pun mendatangi beliau dan memberitahukan kepada beliau tentang apa yang telah dikatakan oleh lelaki tersebut. Kontan raut muka beliau berubah, sehingga bagaikan sumba merah, beliau bersabda, 'Siapakah yang dapat berlaku adil, jika Allaah dan Rasul-Nya dianggap tidak adil?" Selanjutnya beliau bersabda, 'Semoga Allaah merahmati Nabi Musa. Ia telah disakiti dengan cara yang lebih berat dari ini, tetapi ia tetap sabar.' Saya sendiri berkata, 'Semestinya saya tidak mengadukan lagi kepada beliau sesuatu pembicaraan pun setelah peristiwa itu'."
(HR. Bukhari 3150)
Dari Ibnu Mas'ud radhiyallaahu'anhu berkata, "Pada saat perang Hunain, Rasūlullāh Shallallahu 'alaihi wasallam lebih mengutamakan beberapa orang dalam pembagian harta rampasan. Beliau memberikan kepada Al-Aqra bin Habis seratus ekor unta dan memberikan kepada 'Uyainah bin Hisn sejumlah yang sama. Beliau memberikan kepada orang-orang dari kalangan bangsawan Arab dan mengutamakan mereka dalam pembagian. Kemudian ada seorang lelaki berkata, 'Demi Allaah, ini pembagian yang tidak ada keadilannya sama sekali dan tidak dikehendaki untuk mencari keridhaan Allaah.' Lalu saya berkata, 'Demi Allah, saya akan beritahukan hal ini kepada Rasūlullāh Shallallaahu 'alaihi wasallam.' Saya pun mendatangi beliau dan memberitahukan kepada beliau tentang apa yang telah dikatakan oleh lelaki tersebut. Kontan raut muka beliau berubah, sehingga bagaikan sumba merah, beliau bersabda, 'Siapakah yang dapat berlaku adil, jika Allaah dan Rasul-Nya dianggap tidak adil?" Selanjutnya beliau bersabda, 'Semoga Allaah merahmati Nabi Musa. Ia telah disakiti dengan cara yang lebih berat dari ini, tetapi ia tetap sabar.' Saya sendiri berkata, 'Semestinya saya tidak mengadukan lagi kepada beliau sesuatu pembicaraan pun setelah peristiwa itu'."
(HR. Bukhari 3150)
- Perang Hunain
https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html
https://almanhaj.or.id/6251-pembagian-ghanimah-perang-hunain.html
Dikutip dari ISLAM YANG SEHAT