Rukun Iman 1 - Episode 1 - D Asma Wa Shifat Allah


Bismillaahi wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasuulillaah.
Innal hamdalillaahi nahmaduhuu wa nasta’iinuhuu wa nastaghfiruh. Sungguh, segala puji bagi Allaah. Kita puji Dia, kita mohon pertolongan dan ampunan-Nya. Wa na’uudzubillaahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyi-aati a’maalinaa. Kita berlindung kepada Allaah, dari keburukan diri kita, dan dari keburukan amal perbuatan kita.
May yahdihillaahu fa laa mudhillalah. Wa may yudhlil fa laa haadiyalah. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allaah, takkan ada seorang pun yang dapat menyesatkan. Dan barangsiapa yang dibiarkan sesat oleh Allaah, takkan ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.
Asyhadu al laa ilaaha illallaah. Wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhuu wa rasuuluh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allaah, dan Nabi Muhammad ﷺ adalah hamba dan utusan-Nya. Amma ba'du.

Satu hal yang diminta untuk pembahasan kali ini adalah pembahasan yang berat sehingga jangan di anggap sepele ya. Karena ini materi yang berat kenapa ? Karena materi-materi sebelumnya udah pada tahu kalau Allah itu ada, Allah itu sang pencipta, pasti udah tahu tidak boleh melakukan dosa syirik, dosa besar, kecil pasti teman-teman sudah tahu. Tapi kalau bagian ini, ini adalah bagian bab yang sangat banyak orang-orang terkecoh di dalamnya. Bahkan banyak juga ustad dan ulama yang tekecoh dengan no 4 ini. Sekali lagi iman kepada Allah itu mencakup 4 point ya. Kita udah ngebahas point ke 1 sampai ke 3, maka sekarang pembahasan point ke 4. Sebelum disampaikan point no 4 ini, akan di sampai dulu ulama yang bisa di rujuk dalam memahami point no 4 ini dan pasti udah pada kenal dengan ulama-ulama ini. Namun disini dipilih ulama yang sudah disepakati oleh seluruh ulama dunia tentang lurusnya aqidah mereka. Jadi kalau mau tahu tentang aqidah point no 4 ini, maka rujuknya jangan ke sembarang ulama. Karena banyak ulama yang terkecoh dengan point no 4 ini. Bukan ulama biasa tapi ulama besar. Tapi kalau tahu dengan ulama yang lurus ini, maka Insya Allah tidak akan tekcoh ya.

Yang pertama dalam memahami point no 4 bisa merujuk ke pertama Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hambali. Itu adalah 4 ulama yang ilmunya paling keren, ilmunya paling banyak diambil di dunia ini. Mereka berempat bersepakat tentang sesuatu, maka sudah bisa dipastikan tidak mungkin salah mereka. Ulama yang ke lima Ibu Katsir, tafisir yang paling aman seluruh dunia. Sepekat ulama tentang baiknya aqidah dan ajaran Ibu Katsir. Ulama yang ke enam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, ulama yang ke tujuh Ibnu Taimiyah yaitu gurunya sendiri dan yang ke 8 adalah Abul Hasan al-Asy’ari yang sudah taubat dari pemikiran lamanya menjadi pemikirsan yang lurus yang ada di dalam kitab Al-Ibanah. Itulah 8 ulama yang bisa dirujuk untuk point no 4 ini. Insya Allah kita aman kalau pakai ulama-ulama itu. Kalau sekarang kita ngebuka di internet banyak yang simpang siur pemikiran dari aliran ini, aliran itu, banyak yang ga percaya dengan point no 4 ini. Tapi kalau kita pakai pendapat 8 ulama itu, sebenar 4 ulama yang awal aja Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hambali sudah cukup sebenarnya, tapi biar makin mantep maka ditambah dengan Ibu Katsir, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Abul Hasan al-Asy’ari yang sudah taubat. Namun sayangnya kebanyakan dari kaum muslimin justru mengikuti pendapat Abul Ha san al-Asy’ari yang lama, padahal beliau sudah belepas diri dari pendapat lamanya, udah taubat. Beliau tulis di dalam kitab terkahir yang beliau tulis sebelum wafatnya yaitu kitab Al-Ibanah. Namun murid-muridnya malah bilang “Oh engga itu kitab palsu, ga ada” padahal jelas kitab Al-Ibanah itu masih ada.

Apa point no 4 hayo ? Point no 4 dari iman kepada Allah adalah mengimani semua asma wa shifat. Apa itu asma wa shifat ? adalah nama,sifat dan perbuatan Allah. Jadi kedepannya pakai istliahnya asma wa sifat ya. Jadi udah ngerti ya maksud asma wa sifat itu apa ya. Mengimani asma dan shifat Allah yang ada di Al-Qur’an atau hadist yang shahih, kita mengimani asma wa shifat tersebut sesuai dengan kesempurnaan dan keagungan Allah tanpa :
1. Tanpa diserupakan dengan makhluk.
2. Tanpa ditanyakan bagaimana caranya.
3. Tanpa di dustakan.
4. Tanpa ditafsirkan, kecuali penafsiran yang memang dilakukan oleh para sahabat dan para ulama yang tadi yang di sebutkan sebelumnya. Tapi kalau para sahabat atau ulama tersebut engga menafirkannya maka kita imani aja apa adanya sesuai dengan isi hadist dan ayat qur’an yang ada.

Ini pembahasannya nanti ada beberapa bab. Jadi sekarang judulnya 1 D Asma wa shifat Allah, nanti judul selanjutnya bab 1 DD sama asma wa shifat Allah juga, tapi nanti ada judul yang lebih rinci. Kalau belum selesai juga, maka kedepannya ada bab 1 DDD, kalau belum selesai juga nanti ada bab 1 DDDD terus sampai beres.

Langsung ke contoh aja biar ga bingung ya. Salah satu hal yang wajib kita imani adalah Allah bersemayam di atas ‘arsy. Allah sendiri yang menyebutkan di dalam Al-Qur’an lebih dari 5 kali di berbagai macam surat, yaitu Allah bersemayam di atas ‘Arsy, Allah berada diatas ‘Arsy bersemayam. Kita wajib mengimani ini, ini aqidah seluruh sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Jadi ketika kita mengimani Allah bersemayam di atas ‘Arsy, maka jangan sampai kita membayangkan Allah itu seperti misalnya orang duduk diatas kursi. Nah ga boleh, kalau kita ngimaninya kayak gitu berarti kita udah sesat dan juga kita ga boleh nanya “Gimana Allah cara bersemayamnya ya ? Apah bertapa” ini sesat juga, ga boleh. Jangan juga di dustakan, sebagian orang ada yang bilang “oh bukan Allah bukan bersemayan diatas ‘Arsy, itumah hanya bahasa kiyasan” kata siapa bahasa kiasan, itu bahasa asli langsung dari qur’an dan nabi ﷺ menerimanya tanpa menjelaskannya lagi. Arinya apa ? Artinya kita imani aja udah berses. Dan yang ke 4 tanpa di selengkan, ada mereka yang ditak megimani Allah ada diatas ‘Arsy, mereka bilang “oh maksud ayat ini adalah Allah berkuasa” betul emang Allah berkuasa, tapi kita harus meyakini Allah berkuasa dan Allahpun ada diatas ‘Arsy, jadi gimana bisa dipahami ga ?
Baik sekali lagi ya. Kita wajib mengimani Allah berada di atas ‘Arsy, tapi ga boleh kita bayangin, ga boleh menyamakan Allah dengan manusia, ga boleh juga kita mendustakannya, ga boleh kita nanya “Allah gimana bersemayannya ya, apakah duduk kaya kita ?” ga boleh dan juga tanpa ditafsirkan, imani aja udah beres. Nah yang jadi masalah sebagian dari aliran sesat dan sebagian dari orang awam ya semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua, karena mungkin kita juga baru tahu ya tentang ini. Mereka ga mau mengimani Allah ada diatas ‘Arsy karena mereka menganalogikannya dengan manusia gitu seperti ini kata mereka “Kalau Allah ada di atas ‘Arsy, berarti Allah butuh dong dengan ‘Arsy, berarti kalau ga ada ‘Arsy berarti Allah jatuh dong” nah ini salah kita, kalau kita ingimaninnya gitu berarti kita udah nyamain Allah dengan makhluk. Kita percaya Allah di atas ‘Arsy bukan berarti kita meyakini “Allah itu ternyata butuh ya, Allah ternyata harus duduk juga ya, kalau ga ada ‘Arsynya Allah bisa jatuh ya” wah ini bahaya, aliran sesat kalau kita mengimaninya kayak gitu. Lihat apa kata Nabi ﷺ dalam hadist shahih. Beliau nanya ke budak nih. Budak itu orang yang paling engga intelek, orang yang (maaf ya dalam bahasa kasarnya) sangan tidak mengerti islam. Namun Nabi ﷺ bertanya pertanyaan yang simple ke budak ini dimanakah Allah ? Hadist ini shahih riwayat Muslim atau Bukhari.

Dari Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Sulami radhiyallahu ‘anhu; dia berkata, ”Aku mempunyai seorang budak perempuan yang menggembalakan kambingku di antara gunung Uhud dan Al-Jawaniyah. Suatu hari aku mengawasinya; tiba-tiba seekor serigala menerkam kambing yang dia gembalakan. Sebagai manusia biasa, tentu saja aku merasa kecewa sebagaimana orang lain kecewa. Aku pun memukul dan menampar budakku itu. Kemudian aku menemui Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau menegurku. Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa aku harus memerdekaannya?’ Beliau berkata, ‘Bawa dia kemari.’ Kemudian beliau bertanya kepadanya, ‘Di mana Allah?’ Budak itu menjawab, ‘Di langit.’ Beliau berkata, ‘Siapakah aku?’ Dia menjawab, Engkau adalah Rasulullah.Beliau bersabda, ‘Merdekakan dia! Sesungguhnya dia seorang mukminah.’” (HR. Muslim dan Abu Dawud)  
Maka ketika kita ditanya Allah dimana ? Jawabannya jangan macam-macam. Kita wajib meyakini dan kita wajib menjawab Allah berada diatas ‘Arsy, Allah berada diatas lagit yaitu diatas ‘Arsy tanpa ditanya gimana caranya apakah terbang atau gimana ga boleh, haram kalau kita nanya kayak gitu. Lalu gimana dengan ayat qur’an yang dimana Allah sebutin bahwasannya Allah itu dekat, Allah tu lebih dekat kepada hamba dari pada urat lehernya sendiri atau misalnya Allah bersama dengan hambanya dimanapun kita berada seperti di surat 57 ayat 1-5 dimana Allah berfirman :

“...Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada ...” (Q.S. Al-Hadid [57] : 4).

Nah gimana nih ? Ko kayak bertentangan. Katanya Allah berada di atas ‘Arsy, tapi ko kata Allah berapada dimanapun kita berada. Nah ini yang justru harus di tafsirkan. Ayat tentang Allah berada dimanapun kalian berada itu lah yang harus di tafsirkan. Kalau ayat Allah yang berada di atas ‘Arsy, itu udah beres, ga perlulagi di tafirkan lagi, kita mengimani langsung. Sedangkan ayat tentang Allah berada dimapun kalian berada itu ternyata di tafsirkan oleh para sahabat, oleh para ulama. Tafisirnya gimana ? Maksudnya Allah menyertai kalian dengan ilmunya. Maksudnya gimana sih ? Kalau kalian lagi nyumput dibawah kolong jembatan, Allah tahu kalian lagi disitu, Allah tahu persis apa yang kalian perbuat. Allah itu mentertai kita, bersama kita bukan dengan zat Allahnya, tapi dengan ilmunya. Maksudnya Allah itu kenal banget dengan kita, kita ga tahu apa yang ada di isi lambung kita, sendangkan Allah tahu karena Allah penciptanya.  
Jadi Allah berada di atas ‘Arsy dan Allah menyertai kita, bersama kita, maksudnya dengan ilmunya. Seperti itu. Nah ketika Allah berfiman Allah bersamamu dimapun kamu berada, ga mesti Allah nempel sama badan kita, sehingga sebagian orang ada yang bilang “Allah ada dimana-mana” lah ini bahaya kalau mengimani Allah ada dimana-mana, maka itu sama dengan aqidah orang hindu dan budha yaitu tuhan itu menyatu dengan segala sesuatu. Bahaya ini, bisa rusak aqidah kita. Sehingga ketika kita ngebaca ayat Allah bersamamu dimanapun kamu berada kita tetap meyakini Allah berada di atas ‘Arsy dan Allah tetap menyertai kita karena Allah peduli sama kita walapun dari jarak manusianyamah jauh. Kita ke langit ke-1 aja udah jauh banget apalagi sampai langit ke-7, apalagi sampai ke ‘Arsy dari segi jarak memang jauh tapi harus inget yang menciptakan jarak siapa ? Allah, jadi walaupun dari sisi kitamah, jarak dari kita bumi sampai ke ‘Arsy itu super jauh banget tapi bagi Allah mah ‘Arsy juga kecil. ‘Arsy juga makhluk ciptaan Allah yang tunduk kepada Allah. Jadi Allah ke kita itu seakan-akan ga ada jarak. Kalau melihat dari sisi manusinya kita melihat jarak ke langit yang memang jauh, namun kalau dilihat dari sisi Allah, Allah yang menciptakan jarak ko, sehingga Allah ke kitamah benener-bener ga ada jarak deket banget bagi Allahmah. Itulah mengapa Allah berfirman :             

“….Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka  sesungguhnya Aku adalah dekat.  (Q.S. Al-Baqarah [2] : 186)

Bagi Allah ga ada jarak ke kita, walaupun dari sisi manusianya kita mah jauh jaraknya dari bumi ke langit ke-7. Mudah-mudahan teman-teman bisa memahami. Ini baru satu ya pembahasan dan nanti akan di rinci lagi. Banyak nanti pembahasan tentang nama-nama Allah apa aja ? sama akan dibahas nama Allah yang banyak di slewengkan oleh sebagian orang karena ketidak fahaman. Mudah-mudahan bisa dihamami.

Jadi point no 4 adalah mengimani nama, sifat dan perbuatan Allah tanpa kita bayangkan atau tanpa kita serupakan dengan makhluk, tanpa kita tanyakan bagaimana caranya, tanpa kita mendustakannya dan juga tanpa kita menafsirkannya kecuali tafsir yang benar-benar ada dari para sahabat. Kalau ga ada tafsirnya gimana ? Yaudah imani apa adanya aja sesuai dengan yang kita baca di Al-Quran dan hadist beres. Satu lagi kan kalian suka denger Allah itu setiap 1/3 malam terakhir turun ke langit dunia, nanti ada yang nanya lagi Loh gimana, katanya Allah ada di atas Arsy, tapi ko seperti malam turun ke langit dunia, lalu 1/3 malam terkahir itu gimana ? Kan kalau 1/3 malam terakhir di Indonesia mungkin di Arab masih sore, di Inggris malah masih pagi, gimana ni ?itu berarti kita mikirnya udah salah, karena kalau kita mikir kayak gitu, maka otomatis kita udah menyamakan Allah dengan mahkluk. Allah itu tidak terkait dengan hukum ruang dan waktu, karena Allah terpisah dengan mahkluknya sehingga ketika kita bilang Allah ada di atas Arsy, lalu Allah turun ke langit dunia 1/3 malam terakhirya udah imani aja ga usah bingung, jangan dibayangin Allah itu jadi dua gitu. Ya satu di atas Arsy dan yang satu lagi turun ke langit dunia nah itu permikiran yang sesat. Jadi kalau ada hadist tentang yang kayak tadi, maka dimani aja beres simple kan. Alhamduillahhirabbil alamin.

Pemateri Abu Takeru
Ditulis oleh Iqbal Ramadhani

Sumber : Kamus 13